Chemistry Sains Blogger

  • RSS
  • Skype
  • Facebook
  • Yahoo

Twitter
WELLCOME TO MY SITE "Tsun-Ardi"

Kelarutan, S adalah jumlah maksimal dari zat terlarut yang bisa larut dalam pelarut (air).
Contoh :
Percobaan kelarutan dari AgCl.





Wadah I: dilarutkan ke dalamnya 1 sendok AgCl dan semua AgCl larut (belum jenuh).
Wadah II: dilarutkan ke dalamnya 2 sendok AgCl dan diperoleh keadaan tepat jenuh.
Wadah III: dilarutkan ke dalamnya 3 sendok AgCl dan diperoleh endapan AgCl (lewat jenuh).
Pada keadaan tepat jenuh, jumlah zat terlarut pada wadah II (sebanyak 2 sendok) disebut dengan kelarutan (s). Jika zat terlarut terus dilarutkan melebihi kelarutannya, maka zat tersebut akan mengendap seperti yang diperoleh keadaan di wadah III.

Ksp (Constant solubility product) adalah tetapan hasil kali kelarutan atau hasil kali dari kelarutan/konsentrasi ion-ion senyawanya, masing-masing dipangkatkan koefisiennya.

Jadi, Ksp suatu zat ditentukan dari jumlahnya pada saat tepat jenuh, yaitu dari kelarutannya.
Misalnya: kelarutan/s AgCl adalah 10-5, maka dengan menggunakan rumus Ksp=Xx YySx+y,
Ksp AgCl=11 1110-5(1+1)=10-10



Meramalkan pengendapan


Untuk menentukan apakah Fe(OH)3 yang terbentuk itu mengendap atau tidak, caranya adalah dengan menentukan nilai Q-nya terlebih dahulu, lalu nilai Q-nya dibandingkan dengan Ksp-nya.
Q<Ksp: larutan
Q=Ksp: tepat jenuh
Q>Ksp: endapan
Rumus:



Faktor yang mempengaruhi kelarutan
  1. Ion senama
    Ion senama akan menyebabkan kelarutan zat turun. Contoh cara menghitung kelarutan zat dalam ion senama. Ke dalam 100 mL HCl 0,1M dimasukkan sejumlah AgCl 
    berapa kelarutan, s, AgCl dalam larutan HCl tersebut?


  1. pH
    pH suatu larutan senyawa basa dinaikkan, artinya jumlah basa ditambah,
    maka akan menyebabkan kelarutan senyawa basa tersebut turun.
    Hal ini disebabkan karena faktor ion senama, yaitu larutan senyawa basa
    dan sejumlah basa yang ditambahkan sama-sama mempunyai ion senama
    yaitu ion hidroksida.
  2. Pembentukan ion kompleks
    Suatu zat yang sukar larut dilarutkan ke dalam suatu larutan, lalu
    zat tersebut membentuk ion kompleks, maka kelarutan zat tersebut
    bertambah besar. Contohnya AgCl yang dilarutkan ke dalam larutan NH3,
    kelarutannya bertambah besar karena terbentuk senyawa kompleks,
    yaitu Ag(NH3)2Cl
  3. Suhu
    Suhu suatu larutan lewat jenuh dinaikkan terkadang dapat menyebabkan
    kelarutan zat terebut bertambah besar.


Untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu zat, dapat kita lakukan dengan cara pengujian endapan. Berdasarkan terbentuknya endapan dan warna endapan dapat kita identifikasi berbagai macam ion. Di bawah ini akan dipaparkan reaksi khas yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis kation berbadasarkan endapan yang dihasilkan.

Identifikasi ion magnesium - Mg2+
Ion Mg2+ dengan campuran NH4OH, NH4Cl, dan Na2HPO4 akan menghasilkan endapan putih. Reaksinya sebagai berikut:
Mg2+(aq) + NH4OH(aq) + HPO42-(aq) --> MgNH4(s) [putih] + H2O(l)

Identifikasi ion calcium - Ca2+
Ion Ca2+ dengan larutan ammonium oksalat member endapan putih yang larut dalam asam kloridanya. Reaksinya sebagai berikut:
Ca2+(aq) + C2O42-(aq) --> CaC2O4(s) [putih]

Identifikasi ion barium - Ba2+
Ion Ba2+ dengan larutan kalium kromat member endapan kuning. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ba2+(aq) + CrO42-(aq) --> BaCrO4(s) [kuning]

Identifikasi ion aluminium - Al3+
Ion Al3+ dengan larutan kalium hidroksida terjadi endapan putih hidrofil dari aluminium hidroksida yang larut dalam larutan kalium hidroksida, berdasarkan sifat amfoter Al(OH)3. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Al3+(aq) + 3OH-(aq) --> Al(OH)3(s) [putih]
Al(OH)3(aq) + OH-(aq) --> AlO2-(aq) + 2H2O(l)
Identifikasi ion perak - Ag+
Ion Ag+ dengan larutan asam klorida member endapan putih dalam larutan air, tetapi larut dalam larutan amoniak. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Ag+(aq) + Cl-(aq) --> AgCl(s) [putih]
AgCl(s) + 2NH3(aq) --> [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)
AgCl larut alam larutan NH3 berdasarkan terjadinya ion kompleks

Identifikasi ion mercury(I) - Hg+
Ion Hg+ dengan larutan asam klorida member endapan putih. Warna endapan putih ini dengan larutan ammonium hidroksida akan berubah menjadi abu-abu. Reaksinya adalah sebagai berikut:
 
2Hg+(aq) + 2Cl-(aq) --> Hg2Cl2(s) [putih]
Hg2Cl2(s) + 2NH4OH(aq) --> Hg(NH)Cl(s) [abu-abu] + Hg(s) + NH4Cl(aq) + H2(g)

Identifikasi ion mercury(II) - Hg2+
Ion Hg2+ dengan larutan kalium yodida member endapan orange yang larut dalam kalium yodida berlebih dengan terjadinya ion kompleks. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Hg+(aq) + 2I-(aq) --> HgI2(s) [merah]
HgI2(s) + 2I-(aq) --> (HgI4)2-(aq)

Identifikasi ion besi(II) - Fe2+
Ion Fe2+ dengan larutan kalium ferisianida member warna biru (biru turnbull). Reaksinya adalah sebagai berikut:
3Fe2+(aq) + 2Fe(CN)63-(aq) --> Fe3[Fe(CN)6]2(s) [biru]

Identifikasi ion besi(III) - Fe3+
Ion Fe3+ dengan larutan kalium ferosianida member warna biru (biru berlin). Reaksinya adalah sebagai berikut:
4Fe3+(aq) + Fe(CN)64-(aq) --> Fe4[Fe(CN)6]3(s) [biru]

Identifikasi ion tembaga - Cu2+
Ion Cu2+ dengan larutan kalium ferosianida memberi endapan cokelat. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2Cu2+(aq) + Fe(CN)64-(aq) --> Cu2[Fe(CN)6](s) [cokelat]

Identifikasi ion timbale - Pb2+
Ion Pb2+ dengan larutan asam klorida memberi endapan putih, yang larut dalam air panas. Jika didinginkan kembali, membentuk Kristal putih PbCl2 yang mempunyai bentuk khas. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Pb2+(aq) + 2Cl-(aq) --> PbCl2(s) [putih]

Identifikasi ion seng - Zn2+
Ion Zn2+ dengan larutan ammonium hidroksida terjadi endapan putih yang larut dalam kelebihan ammonium hidroksida dengan terjadinya ion kompleks. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Zn2+(aq) + 2NH4OH(aq) --> Zn(OH)2(s) [putih] + 2NH4+(aq)
Zn(OH)2(s) + 4NH3(aq) --> [Zn(NH3)4]2+(aq) + 2OH-(aq)

Identifikasi ion ammonium - NH4+
Ion NH4+ dipanaskan dengan basa kuat memberikan gas amoniak. Jika gas ini dikenakan pada kertas lakmus merah yang lembab, warnanya akan berubah menjadi biru. Reaksinya adalah sebagai berikut:
NH4+(aq) + OH-(aq) --> NH3(g) + H2O(l)

Identifikasi ion bromine - Br-

Ion Br- dengan gas Cl2 menjadikan larutan bewarna kuning. Jika larutan dikocok dengan karbon disulfide, Br2 yang terjadi akan larut dalam karbon disulfide dan warna larutan akan berubah menjadicokelat
Reaksinya identifikasinya adalah sebagai berikut: 
Cl2(g) + 2Br-(aq) --> 2Cl-(aq) [kuning] + Br2(g) 
Br2 larut dalam CS2 à warna cokelat 

Identifikasi ion chlorine - Cl-

Ion Cl- dengan larutan perak nitrat terjadi endapan putih, yang larut dalam larutan amoniak. 
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
Ag+(aq) + Cl-(aq) --> AgCl(s) [putih] 
AgCl(s) + 2NH3(aq) --> Ag(NH3)2 + Cl-(aq) 

Identifikasi ion karbonat - CO32-

Ion CO32- dengan larutan asam klorida menghasilkan gas karbon dioksida. Jika gas ini dialirkan ke dalam air kapur Ca(OH)2, dapat mengeruhkan air kapur
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
2H+(aq) + CO32-(g) --> H2O(l) + CO2(g) 
CO2(g) + Ca2+(aq) + 2OH-(aq) --> CaCO3(s) [putih] + H2O(l) 

Identifikasi ion yodida - I-

Ion I- dengan gas Cl2 menjadikan larutan bewarna kuning. Jika dikocok dengan karbon disulfide, I2 yang terjadi larut dalam karbon disulfide dan warna larutan akan berubah menjadi ungu
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
Cl2(g) + 2I-(aq) --> 2Cl-(aq) [kuning] + I2(s) 
I2 larut dalam CS2 --> warna ungu 

Identifikasi ion nitrat - NO3-

Ion NO3- dengan asam sulfat pekat dan larutan besi(II) sulfat pekat akan menghasilkan suatu cincin cokelat
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3e- --> NO(g) + 2H2O(l) 
3Fe2+(aq) --> 3Fe3+(aq) + e- 
---------------------------------------------------------------------------- 
NO3-(aq) + 4H+(aq) + 3Fe2+(aq) --> NO(g) + 2H2O(l) + 3Fe3+(aq) 
NO(g) + Fe2+(aq) --> FeNO2+(aq) [cokelat]

Identifikasi ion pospat - PO43-

Ion PO43- dengan larutan campuran MgCl2, NH4OH, dan NH4Cl (magnesia mixture) menghasilkanendapan putih
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
Mg2+(aq) + NH4OH(aq) + PO43-(aq) --> MgNH4(s) [putih] + OH-(aq) 

Identifikasi ion sulfide - S2-

Ion S2- dengan larutan HCl terbentuk gas H2S yang berbau telur busuk. Gas ini jika dikenakan pada kertas saring yang dicelupkan dalam timbale acetate Pb(CH3COO)2 menyebabkan kertas saring berubah menjadi hitam
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
2H+(aq) + S2-(aq) --> H2S(g) 
H2S(g) + Pb2+(aq) --> PbS(s) [hitam] + 2H+(aq) 

Identifikasi ion sulfite - SO32-

Ion SO32- dengan larutan asam klorida menghasilkan gas SO2. Gas ini dikenakan pada kertas saring yang telah dicelupkan ke dalam larutan kalium bikromat K2Cr2O7 dan asam sulfat. Gas SO2 akan mengubah warna kertas saring ini dari jingga menjadi hijau
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
2H+(aq) + SO32-(aq) --> H2O(l) + SO2(g) 
SO2(g) + 2H2O(l) --> SO42-(aq) + 4H+(aq) + 2e- | x 3 
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- --> 2Cr3+(aq) + 7H2O(l) 
------------------------------------------------------------------------- 
Cr2O72-(aq) [jingga] + 3SO2(g) + 2H+(aq) --> 2Cr3+(aq) + 3SO42-(aq) + H2O(l) 

Identifikasi ion sulfate - SO42-

Ion SO42- dengan larutan barium klorida dan asam klorida menghasilkan endapan putih. 
Reaksi identifikasinya adalah sebagai berikut: 
Ba2+(aq) + SO42-(aq) --> BaSO4(s) [putih]

Di sini akan dijelaskan secara ringkas berbagai macam reaksi senyawa karbon yaitu reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi adisi, reaksi polimerisasi, dan reaksi oksidasi. 
Berikut penjelasan untuk masing-masing reaksi. 

1. Reaksi substitusi

Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom/gugus atom pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristik (tetap jenuh) 
A + B - C --> A - C + B
Contoh reaksi substitusi:
Reaksi pembentukan haloalkana: reaksi alkana dengan halogen 
R - H + X2 --> R - X + H - X
Contoh:
CH3 - H + Cl2 --> CH3 - Cl + HCl 
Reaksi substitusi atom H pada alkohol dengan logam reaktif (Na, K) 
atom H pada gugus - OH dapat disubstitusi oleh logam reaktif seperti Na dan K 
R - OH + Na --> R - ONa + H2
Contoh:
2 C2H5 - OH + 2 Na --> 2 C2H5 - ONa + H2
  
Reaksi alkoksi alkana (eter) dengan PCl5 menghasilkan haloalkana 
R - O - R’ + PCl5 --> R - Cl + R’ - Cl + POCl3
Contoh:
CH3 - O - CH3 + PCl5 --> CH3Cl + CH3Cl +POCl3
  
Reaksi esterifikasi: reaksi pembentukan ester dari alkohol dan asam karboksilat
R - OH + R’ - COOH --> R’ - COOR + H - OH
Contoh
CH3 - OH + CH3 - COOH --> CH3 - COOCH3 + H2

2. Reaksi adisi

Reaksi adisi adalah reaksi senyawa karbon yang melibatkan penggabungan molekul-molekul. Reaksi adisi juga dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap (tak jenuh) menjadi ikatan tunggal (jenuh). 
Contoh reaksi substitusi: 
Reaksi adisi H2 pada alkena membentuk alkana 
H2C = CH2 + H2 --> H3C - CH3 

Reaksi adisi H2 pada alkanal membentuk alkohol primer 
Ikatan rangkap C = O pada alkanal bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan alkohol primer. 
Disebut juga dengan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi C 

Reaksi adisi H2 pada keton/alkanon menghasilkan alkohol sekunder 
Ikatan rangkap C = O pada alkanon/keton bereaksi dengan Huntuk menghasilkan alkohol sekunder. 
Reduksi H2O pada asam karboksilat menghasilkan suatu alkohol sekunder 
Ikatan rangkap C = O pada asam karboksilat akan terbuka akibat penambahan reduktor kuat untuk menghasilkan alkohol primer 

3. Reaksi eliminasi

Reaksi eliminasi merupakan reaksi peruraian suatu molekul menjadi molekul-molekul lain di mana salah satu molekul dikatakan tereliminasi. Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi pembentukan ikatan rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi).

Reaksi eliminasi H2 dari alkana menjadi alkena 
CH3 - CH2 - CH3 --> CH3 - CH = CH2 + H2
  
Reaksi eliminasi air (dehidrogenasi) dari alkohol
Alkohol dapat bereaksi membentuk alkena dengan bantuan katalis H2SO4 pekat berlebih pada suhu 180oC.
CH3 - CH2 - OH --> CH2 = CH2 + H2O

Reaksi eliminasi HX dari haloalkana (dehidrohalogenasi) 
Haloalkana R - X dapat bereaksi dengan gugus - OH yang larut dalam alkohol seperti NaOH etanolis atau CH3OK, membentuk alkuna. 

4. Reaksi oksidasi

Reaksi melibatkan oksidator seperti O2, O3, dan KMnO4. Reaksi oksidasi yang penting adalah reaksi dengan O2 yang dikenal sebagai pembakaran. 
Contoh reaksi oksidasi:

Reaksi oksidasi alkohol primer, sekunder, dan tersier 
Alkohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi berbeda terhadap oksidator seperti K2Cr2O7, KMnO4, dan O2.
Reaksi oksidasi alkohol primer, sekunder, dan tersier.
Reaksi oksidasi pada alkoksi alkana (eter) 
Alkoksi alkana bereaksi dengan O2 membentuk senyawa hidroperoksida 

Reaksi oksidasi pada alkanal/aldehid 
Reaksi oksidasi alkanal digunakan sebagai reaksi identifikasi antara alkanal/aldehid dengan alkanon/keton. 

Reaksi oksidasi alkanon/keton 
Alkanon tidak dapat mereduksi oksidator lemah seperti larutan fehling dan larutan tollens. Sifat ini, digunakan untuk membedakan alkanon dari isomer fungsinya, yaitu alkanal/aldehid. 

Reaksi oksidasi pada asam alkanoat 
Reaksi oksidasi asam alkanoat hanya terjadi pada asam metanoat dan asam 1,2 etanadioat 


5. Reaksi polimerisasi

Reaksi polimerisasi melibatkan penggabungan molekul-molekul kecil yang disebut monomer menjadi suatu molekul rantai panjang atau yang disebut polimer. Reaksi polimerisasi dapat dibedakan menjadi 2:

Polimerisasi adisi: monomer-monomer bergabung membentuk suatu polimer 
Monomer + monomer + monomer + . . . --> polimer
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi adisi dapat dilihat pada tabel berikut.
Polimerisasi kondensasi: monomer-monomer bergabung membentuk polimer dengan melepas molekul kecil seperti H2O dan HCl 
Monomer + monomer + monomer + . . . --> polimer + molekul kecil
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi kondensasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Keterangan: 
PET : suatu poliester yang secara teoritis dapat dibuat dari pencampuran asam flatat (asam karboksilat) dan etilen glikol (alkohol). 
Nilon 6,6 : merupakan poliamida dengan gugus - CON - yang terbentuk dari polimerisasi 1,6-diaminoheksana dan asam 1,6-heksadioat. 
Bakelit : polimer yang terbentuk dari polimerisasi metanal dan fenol. 
Perspex : secara teoritis perspex terbentuk dari polimerisasi propanon (keton) dan metanal (aldehid)

Download materinya, klik aja di sini.

Siapa yang tidak mengenal sabun , benda yang satu ini sangat akrab sekali dalam kehidupan manusia. Tapi apakah kita mengenal lebih jauh bagaimana proses terbentuknya sabun ini? Ternyata sabun dibuat dari bahan dasar lemak dan basa kuat melalui proses reaksi substitusi. Reaksi substitusi merupakan reaksi penggantian atom/gugus atom oleh atom/gugus atom yang lain. Reaksi substitusi banyak terjadi pada senyawa turunan alkana . Contonya pada pembentukan senyawa alkil halide dari alcohol berikut ini. 

CH3 CH2 – OH + H – Cl --> CH3 CH2 – Cl + H – OH

Gugus - OH pada alkohol di substitusi oleh atom Cl yang berasal dari asam clorida sehingga membentuk etil klorida serta air.
Reaksi di atas serupa dengan reaksi saponifikasi yang akan di bahas berikut ini.

Klik gambar untuk memperjelas

Pembentukan Sabun
Sabun dapat dibuat melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat seperti yang diuraikan sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut: 

RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti – C15H31 dan – C 16H33. Hal ini terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme. 

Deterjen memiliki fungsi dan mekanisme kerja yang sama dengan sabun, tetapi memiliki struktur yang berbeda. Deterjen dibuat dengan bahan baku asam benzene sulfonat (ABS) sehingga memiliki rumus struktur ABS – Na (natrium alkil benzene sulfonat) sebagai garamnya. Limbah dari deterjen berbahaya bagi lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pencemaran air. Hal ini dikarenakan asam benzene sulfonat merupakan bahan kimia sintetis yang sukar diuraikan oleh mikroorganisme.

Alkohol dan eter merupakan senyawa turunan alkana yang saling berisomer fungsi dengan rumus molekul CnH2n+2O. Karena mempunyai rumus molekul yang sama, perlu suatu cara untuk membedekan antara alcohol dengan eter yang itu dengan suatu pereaksi khas. Berikut disajikan secara ringkas reaksi-reaksi yang digunakan untuk membedakan antara alcohol dan eter yang saling berisomer fungsi. 

Reaksi dengan logam reaktif
Alcohol dapat bereaksi dengan logam reaktif melepaskan gas hydrogen, sementara eter tidak dapat bereaksi. Contoh logam reaktif adalah Natrium
Alcohol: 2R - OH + 2Na --> 2R - ONa + H2 
Eter: R - O - R’ + Na --> tidak dapat bereaksi 
Contoh etanol dan dimetil eter yang saling berisomer fungsi: 
2C2H5 - OH etanol + 2Na --> 2C2H5 - ONa + H2 
CH3 - O - CH3 dimetil eter + Na --> tidak dapat bereaksi 
Gugus fungsi yang kurang reaktif pada eter menyebabkan eter sukar bereaksi/tidak dapat bereaksi dengan logam natrium. Tapi eter sangat mudah terbakar karena sangat mudah menguap. Hal ini disebabkan karena titik didihnya yang rendah serta kepadatan uapnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan udara. 

Reaksi dengan PCl5
Alcohol bereaksi dengan PCl5 membebaskan gas HCl, sedangkan eter tidak melepas gas HCl melainkan membentuk dua alkil clorida 
Alcohol: R - OH + PCl5 --> R - Cl + POCl3 + HCl 
Eter: R - O - R’ + PCl5 --> R - Cl + R’ - Cl + POCl3 
Contoh: 
C2H5 - OH + PCl5 --> C2H5 - Cl + POCl3 + HCl 
CH3 - O - CH3 + PCl5 --> CH3 - Cl + CH3 - Cl + POCl3

Alcohol merupakan salah satu senyawa turunan alkana yang mengandung gugus hidroksil - OH. Antara alcohol dan senyawa induknya alkana memiliki sifat kimia dan fisika yang berbeda. Salah satunya adalah perbedaan titik didih. Mari kita lihat perbedaan titik didih untuk jumlah atom C yang sama.
  1. Titik didih metana -162oC sedangkan methanol 64,7oC
  2. Titik didih etana -89oC sedangkan etanol 78,3oC
  3. Titik didih propane -42oC sedangkan 1-propanol 97,2oC.
Apa yang menyebabkan perbedaan titik didih ini?
Ikatan hydrogen pada molekul alcohol merupakan faktor yang menyebabkan titik didih alcohol lebih tinggi dari pada titik didih alkana. Di sini saya hanya akan membahas tentang reaksi identifikasi alcohol primer, sekunder, dan tersier.

Mengenal Alkohol Primer, Sekunder, dan Tersier
Berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada atom C yang mengandung gugus - OH, maka dapat dikategorikan tiga jenis alcohol, yaitu sebagai berikut:
1. Alkohol primer (1o)
Alcohol primer adalah alcohol yang gugus - OH nya terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain)
2. Alcohol sekunder (2o)
Alcohol sekunder adalah alcohol yang gugus - OH nya terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat 2 atom C yang lain).
3. Alcohol tersier (3o)
Alcohol tersier adalah alcohol yang gugus - OH nya terikat pada atom C tersier (atom C yang mengikat 3 atom C yang lain).
Berikut contoh-contoh alcohol primer, sekunder, dan tersier.
Reaksi Identifikasi Alkohol Primer, Sekunder, dan Tersier
Pada alcohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi yang berbeda terhadap oksidator K2CrO7, KMnO4, dan O2. Dengan bantuan katalis, atom O dari oksidator akan menyerang atom H yang terikat ke atom C yang mengandung gugus - OH (atom C karbinol).
Berikut reaksi oksidasi pada masing-masing alcohol
1. Reaksi oksidasi alcohol primer akan menghasilkan alkanal (aldehida), jika dibiarkan beberapa lama, maka proses oksidasi akan berlanjut menghasilkan suatu asam karboksilat. Jika kita ingin memperoleh aldehida dari proses oksidasi ini, maka secepatnya dilakukan destilasi untuk menghindari proses oksidasi berlanjut.
2. Reaksi oksidasi alcohol sekunder akan menghasilkan suatu keton (alkanon)
3. Pada alcohol tersier, tidak terjadi proses oksidasi. Hal ini disebabkan pada alcohol tersier, tidak terdapat atom H yang terikat pada atom C karbinol

Diberdayakan oleh Blogger.