Unsur-unsur periode ketiga dapat membentuk senyawa hidroksida M(OH)x di mana M adalah unsur periode ketiga dan x adalah jumlah electron valensi atau bilangan oksidasi unsur tersebut. senyawa hidroksida pada unsur-unsur periode ketiga dapat bersifat asam maupun basa. Simak penjelasannya berikut ini.
Senyawa hidroksida bersifat basa
Senyawa hidroksida bersifat basa jika senyawa tersebut dapat melepas ion OH-. Hal ini berlaku untuk M (unsur periode ketiga) dengan energy ionisasi kecil (seperti logam Natrium, magnesium, dan aluminium). M akan mudah melepas electron menjadi muatan parsial positif, dan electron tersebut akan diterima oleh atom O yang akan menjadi bermuatan parsial negative. Ikatan yang terbentuk antara M dan O merupakan ikatan ionic, yang dapat melepas ion OH-.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
MOH --> M+ + OH-
Senyawa hidroksida bersifat basa
Senyawa hidroksida bersifat basa jika senyawa tersebut melepas ion H+. hal ini berlaku untuk unsur M dengan energy ionisasi yang besar. M akan sukar melepas electron dan cenderung menggunakan electron bersama dengan O membentuk ikatan kovalen. Akibatnya, senyawa MOH tidak dapat melepas ion OH-. Akan tetapi, karena ikatan O - H bersifat polar maka dapat bereaksi dengan pelarut air (terhidrolisis) dan melepas ion H+.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
-->
MOH --> MO- + H+
Seperti diketahui bahwa energy ionisasi dari kiri ke kanan atau dari logam Na ke Cl bertambah. Maka, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
Sifat basa hidroksida berkurang dan sifat asam hidroksida bertambah dari logam Na ke Cl.
Senyawa-senyawa hidroksida dari unsur-unsur periode ketiga di sebelah kanan dari Si sampai Cl, bersifat tidak stabil dan cenderung terurai menjadi senyawa asamnya.
Beberapa hidroksida yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Si(OH)4 --> H2SiO3 + H2O
P(OH)5 --> H3PO4 + H2O
S(OH)6 --> H2SO4 + H2O
Cl(OH)7 --> HClO4 + H2O
Kekuatan Asam Basa Hidroksida
Seperti yang disimpulkan di atas bahwa “sifat basa hidroksida berkurang dan sifat asam hidroksida bertambah dari logam Na ke Cl”, maka dapat dilihat penjelasan untuk masing-masing asam basa hidroksida sebagai berikut:
1. Natrium hidroksida - NaOH
NaOH adalah tergolong basa kuat karena memiliki nilai Kb yang sangat besar
2. Magnesium hidroksida - Mg(OH)2
Mg(OH)2 adalah basa lemah karena sukar larut dalam air (Ksp = 1,8 x 10-11 mol3/L3)
3. Aluminium(III) hidroksida - Al(OH)3
Al(OH)3 merupakan basa yang sangat lemah sekaligus asam yang sangat lemah karena sukar larut dalam air (Ksp = 2 x 10-32 mol4/L4). Karena Al(OH)3 dapat bersifat asam dan basa, maka disebut juga sebagai zat amfoter. Sifat asam basa Al(OH)3 dapat disimak dari reaksi asam basanya berikut:
Al(OH)3 (asam) +NaOH (basa) --> NaAl(OH)4
Al(OH)3 (basa) + 3HCl (asam) --> AlCl3 + 3H2O
4. Silicon(IV)hidroksida - Si(OH)4 atau berupa H2SiO3
H2SiO3 merupakan asam lemah. H2SiO3 bersifat tidak stabil dan cenderung terurai menjadi SiO2 dan H2O
5. Fosfor(V) hidroksida - P(OH)5
Atau dapat berupa H3PO4 adalah asam lemah (beberapa referensi menyatakan asam kuat) dengan nilaiKa1 = 7,45 x 10-3 dan Ka2 = 6,2 x 10-8
6. Belerang(VI) hidroksida - S(OH)6
Atau dapat berupa H2SO4 merupakan asam kuat dengan nilai Ka1 yang sangat besar dan Ka2 = 1,1 x 10-2
7. Chlorin(VII) hidroksida - Cl(OH)7
Atau dapat berupa HClO4 adalah asam yang sangat kuat dengan nilai Ka yang sangat besar.